Balas dendam bukan tindakan yang bagus untuk siapa saja hingga tidak pantas dilaksanakan. Balas sakit hati dilarang dalam Islam. Mungkin pernah rasakan sakit hati, iri, sedih, atau berasa tersinggung sama orang lain. Telah selayaknya hal tersebut terjadi, karena manusia memang semacam itu. Kadang, ada saatnya kita meredam kemarahan dan pada akhirnya memunculkan rasa sakit hati.
Kadang bila kemarahan kita begitu dalam, kita akan inginkan agar orang yang sakiti hati kita rasakan hal sama, apakah yang kita alami. Ini kerap disebutkan dengan “balas sakit hati”, yakni membalas tindakan yang dilaksanakan seseorang ke kita dengan rasakan hal sama. Apa boleh oleh karenanya?
Sahabat, membalas sakit hati sebagai tindakan jelek yang tidak dibolehkan dalam Islam. Menurut Islam, salah satu langkah terbaik untuk `membalas sakit hati` dengan jadi jiwa yang pemaaf.
Disamping itu, jadi pemaaf dapat membuat kita semakin tenang dan nyaman. Hati dan pemikiran kita akan berasa enteng dan tenang. Sudah pasti membalas sakit hati berbeda dengan saat membalas tindakan yang dzalim.
Sudah pasti kadang kita berasa jika seorang yang menjelek-jelekkan kita, harus kita balas, karena pada waktu itu kita kemungkinan berasa benar-benar sakit hati. Tetapi, tentang ini Rasulullah SAW bersabda:
“Jika ada seorang yang memakimu atau menjelek-jelekanmu dengan noda yang dia kenali ada kepadamu, karena itu jangan sampai kamu balas memburukkannya dengan noda yang kamu kenali ada kepadanya. Karena itu pahalanya untuk diri kamu dan dosanya buat dia,” (HR. Al Muhamili dalam Amalinya no 354, Hasan).
Karakter pendendam benar-benar dilarang dalam islam sebab bisa jadi memperburuk adab seorang. Disamping itu, karakter ini dapat menghindari kita ke Allah SWT. Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar membenci karakter pendendam, dan benar-benar mengajnurkan kita menjadi orang yang pemaaf.
Jika balas dendam itu masih dilaksanakan karena sangat bencinya pada suatu hal, karena itu yang berkaitan akan mendapatkan dampak jelek. Di bawah ini ialah lima factor kenapa balas sakit hati dilarang seperti dikutip ditebuireng.co.
1.Membenamkan kebencian dalam Jiwa
Sholat Zuhur Paling akhir Cucu Nabi Al-Husain di Medan Karbala Saat Rasulullah Kabarkan Kembali Suburnya Jazirah Arab 5 Rugi Tiba Telat Sholat Berjamaah di Mushola
Orang yang melakukan perbuatan balas sakit hati bukan orang yang terhormat. Dawud bin Rasyid mencuplik pengucapan orang arif India yang mengatakan, “Saya tidak menang menantang orang bodoh, tapi saya tidak membalas sakit hati.”
Dari Ibnu al-Kalabi dari ayahnya, ia menjelaskan jika Salam bin Nawfal al-Daili ialah guru Bani Kenana. Satu malam seorang dari Bani Kenana keluar untuk menantang dengan pedang. Lantas ia dibawa ke hadapan Salam bin Nawfal dan menanyakan masalah apa yang telah kamu dilaksanakan orang itu.
Salam mengingati jika tidak ada fungsinya membalas sakit hati. Karena lebih terhormat meredam kemarahan, dan maafkan orang yang melakukan perbuatan jelek pada kita. Malah membalas sakit hati ialah tindakan bodoh karena mentoleransi atau memasukkan kedengkian dalam jiwa dan hartanya.
2.Bukan perbuatan terhormat
Balas sakit hati itu bukan tindakan yang terhormat. Orang arif berbicara, “Bukan rutinitas yang terhormat untuk membalas sakit hati secara cepat, dan bukan salah satunya persyaratan kemurahan hati dan hilangkan keberkahan.
3.Tidak diapresiasi
Orang yang lakukan balas sakit hati tak perlu diberi perkataan terima kasih dan tak perlu disanjung. Al-Abshihi berbicara, “Orang yang membalas sakit hati sudah mengobati kemarahannya dan ambil haknya. Hingga ia tidak harus disyukuri atas tindakannya itu.”
4.Bakal menyesal
Balas sakit hati itu akan dituruti rasa penyesalan, yakinlah. Ini seperti pengucapan Ibnu Qayyim, “Tidak ada yang pernah membalas sakit hati. Bila dilaksanakan, penyesalan akan tiba.”
5.Menimbulkan kebencian
Membalas sakit hati tidak datangkan kebaikan. Tindakan itu malah memunculkan kedengkian di tengah-tengah warga.